Kepala Sekolah

MENDIDIK DENGAN HATI


Mudah dikatakan tapi tak mudah dilakukan itulah mendidik. Banyak  orang memaknai kata mendidik sebatas  mengajar, maksudnya menganggap  bahwa mendidik hanya  dilakukan oleh guru kepada muridnya saja. Padahal makna sebenarnya tidak cukup hanya mengajar saja,kalau mengajar boleh diartikan hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran dan mengupayakan anak memahaminya  belaka, padahal sebenarnya mendidik memiliki arti yang lebih luas , tidak cukup hanya mengajar saja, namun  juga melatih, membimbing, memotivasi, menuntun , mengembangkan,  juga  mengarahkan. Itulah sebabnya mendidik adalah tugas berat yang harus dipikul oleh kita semua.Mengapa  kita semua? Ya, maksud saya adalah bahwa  tugas mendidik itu bukan tugas guru semata, namun juga masyarakat dan orang tua. Dan, justru orang tualah yang merupakan pendidik   yang pertama dan utama.

Disebut pendidik yang pertama, karena sejak anak pertama kali menatap dunia, orang tualah yang ditemuinya, sejak usia dini orang tualah yang mengajari mengucapkan papa, mama, mengajari memegang sesuatu dengan tangan kanan,  menitahnya agar bisa berjalan, dsb.

Disebut pendidik yang utama, karena orang tua memikul amanah dan tanggung jawab  untuk menjadikan anak- anak mereka menjadi manusia berguna seperti harapan dan cita- citanya. Namun sayang sekali hal ini kurang disadari oleh orang tua, sehingga masih banyak yang hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya  ke pihak sekolah ,  mereka lupa bahwa waktu di sekolah sangat terbatas dibandingkan dengan waktu di rumah.

Sebagai pendidik, kita semua memiliki tugas  adalah mengembangkan anak di segala bidang, mulai dari pengetahuan, teknologi, religi, juga karakternya. Karakter anak terbentuk oleh lingkungannya, bagaimana orang tua membiasakan sang buah hati untuk  berbicara dan bersikap santun seperti orang tuanya dalam memberikan tauladan. 

Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik itu orang tua, masyarakat, serta media. Tanpa kontrol dan pendampingan dari orang tua saat anak menonton TV misalnya bisa jadi perkembangan pribadinya lebih dominan dipengaruhi media daripada orang tuanya.
Hal ini karena pada anak- anak mudah tertarik dan meniru, dan modelnya adalah perilaku  selebritis dari film atau tayangan yang ditontonnya, sementara orang tua sibuk dengan rutinitas pekerjaan sehingga tak bisa mendampingi anaknya.

Mendidik dengan hati

Di dalam diri manusia diciptakan hati, yang didalamnya dianugerahkan kepada kita cinta kasih, rasa sabar, toleransi , dan tanggung jawab. Karunia itulah yang harus kita tumbuh kembangkan pada anak- anak yang menjadi tanggung jawab kita.

Kita harus sabar, manakala anak kita melakukan kesalahan, ingatkan kesalahan itu dengan santun. Kita harus tekun manakala dia sulit memahami sesuatu, kita harus tanggap manakala ia butuh perhatian, kita harus bisa membenahi  manakala kita temukan kekurangan  pada diri mereka. Untuk itulah  Allah menganugerahkan  hati yang lembut kepada kita  agar kita tidak keras dalam mendidik. Karena bukan kekerasan namun ketegasanlah yang diperlukan.

Tegas dan konsisten .
 Tegas untuk meluruskan jika anak- anak anak jalannya bengkok, jangan karena kasihan maka kita mentolerir kesalahan itu dan akhirnya akan diulang dan diulang.
Konsisten artinya stabil, terus menerus dan tidak berubah- ubah dalam bersikap. Dan konsisten juga berarti diri kita harus melaksanakan lebih dulu sebelum menyuruh anak- anak melakukannya. Contoh misalnya kita melarang anak kita merokok, sebaliknya kita sendiri justru merokok.  Nah  Inilah yang dikatakan tidak konsisten.

Tanggung Jawab

Anak adalah amanah, sudah sampai manakah kita memikul amanah ini dengan tanggung jawab? Nabi Muhammad SAW  memberikan ketauladan kepada kita, bahwa bukan  harta dan pekerjaan yang harus kita tinggalkan , namun memberikan tuntunan ilmu adalah kewajiban orang tua terhadap anak- anaknya.
Bagaimana cara kita mendidik dengan hati?
  1. Selalu tanyakan bantuan apakah yang dibutuhkannya.
  2. Kembangkan pada diri anak,  rasa tanggung jawab pada tugasnya
  3. Sirami rohaninya dengan mengajaknya beribadah dan berdoa agar imannya tumbuh subur.
  4. Jika anak minta sesuatu, jangan langsung memenuhinya, namun bedakan dulu apakah yang diminta itu merupakan kebutuhan atau sekedar kesenangan saja
  5. Berikan hadiah untuk prestasinya berupa kasih sayang dan perhatian, jangan berupa materi atau kebendaan
  6. Biasakan menggunakan kata kunci yaitu: minta maaf, minta tolong dan terima kasih 
  7. Segera luruskan jika anak  melakukan kesalahan serta jelaskan sampai paham kesalahan yang diperbuat dan akibatnya bagi dirinya dan orang lain
  8. Menjadikan anak santun, dengan cara memberi contoh melalui sikap  kita .
 Pada akhirnya :
 JADIKAN DIRI KITA SEBAGAI MODEL / TELADAN BAGI MEREKA, namun pertanyaannya  SUDAHKAH  DIRI  KITA   PATUT DITELADANI?




Dra. Hj. Pudji Wahyuni
kepala sekolah SDN Bandungrejosari 1 Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...